Tiga Tonggak Pondasi Agama Islam

Agama islam adalah agama samawi atau agama langit yang dibawa oleh Rasulullah SAW atas perintah Allah SWT. Kata “Islam” sendiri berasal dari kata dalam bahasa arab aslama yang berarti selamat. Sejahtera atau berserah diri. Islam juga berarti kedamaian, dan keselamatan yang berdasarkan penyerahan diri kepada Allah SWT. Islam juga dimaknai dengan perbuatan bijak dan orang yang menganut agama islam disebut dengan sebutan muslim
Pada hakikatnya islam adalah  Rahmatan lil’alamin artinya Islam merupakan agama yang membawa rahmat dan kesejahteraan bagi semua seluruh alam semesta, termasuk hewan, tumbuhan dan jin, apalagi sesama manusia. Sesuai dengan firman Allah dalam Surat al-Anbiya ayat 107 yang bunyinya  “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”.
Untuk mencapai tujuan tersebut ada tiga pondasi dasar agama islam yang sangat penting dalam proses kehidupan ajaran islam sendiri yaitu iman,islam dan ihsan

A.Iman
Definisi dari iman secara etimologi berasal dari bahasa arab amana-yukminu-imanan yang artinya percaya. Sedangkan secara terminologi menurut jumhur ulama’ iman adalah at-tasdiqu bil qolbi,al-qoulu bil lisan,wa al a’malu bil arkaan artinya membenarkan atau dalam hati,mengucapkan atau mengikrarkan dengan lisan,mengamalkan dengan perbuatan.
Iman sendiri sebenarnya adalah sebuah pembuktian terhadap penyerahan diri kepada Tuhan yang maha esa (Allah) sebagai pencipta sekeligus penguasa mutlak semesta alam.
Dalam al-qur’an surat Al-hujarat potongan ayat 14,Allah Subhanallahu ta’ala berfirman yang artinya : “Sesungguhnya orang yang sebenarnya beriman ialah orang yang percaya kepada Allah dan Rasullnya.”

B.islam
Rosululloh shollallahu ‘alaihi wa sallam suatu hari pernah didatangi malaikat Jibril dalam wujud seorang lelaki yang tidak dikenali jatidirinya oleh para sahabat yang ada pada saat itu, dia menanyakan kepada beliau tentang Islam, Iman dan Ihsan. Setelah beliau menjawab berbagai pertanyaan Jibril dan dia pun telah meninggalkan mereka, maka pada suatu kesempatan Rosululloh bertanya kepada sahabat Umar bin Khoththob, “Wahai Umar, tahukah kamu siapakah orang yang bertanya itu ?” Maka Umar menjawab, “Alloh dan Rosul-Nya lah yang lebih tahu”. Nabi pun bersabda, “Sesungguhnya dia itu adalah Jibril yang datang kepada kalian untuk mengajarkan agama kalian.” (HR. Muslim). Syaikh Ibnu Utsaimin rohimahulloh mengatakan: Di dalam (penggalan) hadits ini terdapat dalil bahwasanya Iman, Islam dan Ihsan semuanya diberi nama ad din/agama (Ta’liq Syarah Arba’in hlm. 23). Jadi agama Islam yang kita anut ini mencakup 3 tingkatan; Islam, Iman dan Ihsan.
Di dalam hadits tersebut, ketika Rosululloh ditanya tentang Islam beliau menjawab, “Islam itu engkau bersaksi bahwa tidak ada sesembahan (yang haq) selain Alloh dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Alloh, engkau dirikan sholat, tunaikan zakat, berpuasa romadhon dan berhaji ke Baitulloh jika engkau mampu untuk menempuh perjalanan ke sana”. Syaikh Ibnu Utsaimin menjelaskan: Diantara faedah yang bisa dipetik dari hadits ini ialah bahwa Islam itu terdiri dari 5 rukun (Ta’liq Syarah Arba’in hlm. 14). Jadi Islam yang dimaksud disini adalah amalan-amalan lahiriyah yang meliputi syahadat, sholat, puasa, zakat dan haji.

C.Ihsan
Nabi juga ditanya oleh Jibril tentang ihsan. Nabi bersabda, “Yaitu engkau beribadah kepada Alloh seolah-olah engkau melihat-Nya, maka apabila kamu tidak bisa (beribadah seolah-olah) melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu”. Syaikh Ibnu Utsaimin menjelaskan: Diantara faedah yang bisa dipetik dari hadits ini adalah penjelasan tentang ihsan yaitu seorang manusia menyembah Robbnya dengan ibadah yang dipenuhi rasa harap dan keinginan, seolah-olah dia melihat-Nya sehingga diapun sangat ingin sampai kepada-Nya, dan ini adalah derajat ihsan yang paling sempurna. Tapi bila dia tidak bisa mencapai kondisi semacam ini maka hendaknya dia berada di derajat kedua yaitu: menyembah kepada Alloh dengan ibadah yang dipenuhi rasa takut dan cemas dari tertimpa siksa-Nya, oleh karena itulah Nabi bersabda, “Jika kamu tidak bisa melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu” artinya jika kamu tidak mampu menyembah-Nya seolah-olah kamu melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu.” (Ta’liq Syarah Arba’in hlm. 21). Jadi tingkatan ihsan ini mencakup perkara lahir maupun batin.

Sekian dari blog saya hari ini semoga kita bisa mengimplementasikannya dalam kehidupan,sekian terimakasih


penulis ; Anaqi syaddad ihsan


Komentar